#Tugas
Kita akan
kembali 2.600 tahun kepada kerajaan Asyur, Babilonia, Persia dan Mesir. Sampai
dengan sekarang, nama-nama berikut ini sudah cukup populer untuk kita: Musa,
Samuel,Daniel, Daud, Salomo, Hizkia,
Yunus, Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel. Mereka telah diperkenalkan kepada kita
sejak kita masih kanak-kanak.
Tetapi,
Alkitab juga memberikan waktu perkenalan terhadap Sargon, Sanherib, Esarhadon,
Tiglath-Pileser, Shalmaneser, Maradat-Paladin, Nabopolassar, Nabonidus,
Belsyazar, Darius dan Koresy kepada kita. Walaupun demikian, di seluruh dunia
yang teramat besar ini, nama-nama tersebut tidak dikenal dan tidak penting.
Sekarang
ketika kita kembali kepada kisah tentang Pembuangan ke Babel, kata-kata ini
merupakan ciri khas dari dari kesedihan dan penderitaan yang luar biasa yang
dihasilkan dari kehancuran yang tragis, kehancuran dari sebuah bangsa,
kehancuran dari sebuah kota dan tembok-tembok penahannya, kehancuran dari
sebuah Bait Suci dan perampokan sebuah kota yang mengerikan, yang dilakukan
oleh pasukan asing yang menghancurkan perbatasan mereka.
Seandainya
saya boleh membuat sebuah pengamatan tanpa kelihatan seperti sedang
melakukannya – tanpa pemikiran tentang kebaikan, ketika para pasukan tersebut
melimpahi sebuah kota, hal yang pertama mereka perbuat adalah menahan seluruh
wanita dan anak-anak gadis, mencabik - cabik pakaian mereka dan memperkosa
mereka. Begitulah yang akan saudara-saudara sekalian persaksikan di dalam
sebuah tragedi dari apa yang sedang kita bicarakan hari ini.
Jadi Mazmur
ini hanya merupakan pencerminan dari jiwa mereka yang menderita kesedihan itu
yang kewalahan dan dimasukkan ke dalam perbudakan. Bukalah Kitab Mazmur Pasal
yang ke seratus tiga puluh tujuh:
Di tepi
sungai-sungai Babel, di sanalah kita duduk sambil menangis, apabila kita
mengingat Sion. Pada pohon-pohon gandarusa di tempat itu, kita menggantungkan
kecapi kita. Sebab di sanalah orang-orang yang menawan kita meminta kepada kita
memperdengarkan nyanyian , dan orang-orang yang menyiksa kita meminta nyanyian
sukacita: “Nyanyikanlah bagi kami nyanyian dari Sion!” Bagaimanakah kita menyanyikan nyanyian Tuhan di negeri asing?
Jika aku melupakan engkau, hai Yerusalem, biarlah menjadi kering tangan
kananku! Biarlah lidahku melekat pada langit-langitku, jika aku tidak mengingat
engkau, jika aku tidak jadikan Yerusalem puncak sukacitaku!
Hal ini
begitu dicerminkan dari sakit hati dan penderitaan yang tak terperihkan itu,
yang diderita oleh orang-orang terkasih yang kewalahan menghadapi paukan bangsa
Kasdim itu.
Pada tahun
722, Sargon, menaklukkan dan menghancurkan kerajaan sepuluh suku Israel yang
dari utara itu. Lalu Sargon meninggikan prestise kerajaan Asyur kepada suatu
tempat yang lebih tinggi lagi. Akan tetapi ia mengalami kegagalan di dalam
sebuah perang dan meninggalkan kekuasaan barunya kepada puteranya, Sanherib.
Sargonlah yang membuat kota Niniwe menjadi kota yang termasyhur di zaman
dahulu, yang terletak di sisi sebelah Timur sungai Tigris.
Maka di
bawah pemerintahan Sanherib, putra dari Sargon, bangsa Asyur perlahan-lahan
mendekat kepada Yehuda. Nabi Yesaya berjalan telanjang dan tidak berkasut di
jalanan kota Yerusalem selama tiga tahun penuh lamanya sesuai dengan perintah
Allah, sebagai sebuah pertanda bahwa bangsa Asyur akan datang. Kita dapat
membacanya di dalam kitab Yesaya 20: 2 - 3.
Jadi, Tuhan
telah memanggil bangsa Kasdim, dan sebelum mereka dipanggil, ada bangsa Asyur.
Di dalam kitab Yesaya 10: 5, ia menunjukkan dan berkata: “Asyur menjadi cambuk murkaKu dan yang menjadi tongkat amarahKu.”
Baiklah,
kita telah sampai pada kisah penghancuran dan pembuangan bangsa itu. Tuhan
Allah kembali memperingatkan kita, dan lagi, dan lagi dan lagi. Hukuman tidak
dijatuhkan tanpa diduga dan tanpa pemberitahuan. Bahkan dalam palu penjatuhan
hukuman telah diketukkan, Tuhan Allah masih memberikan waktu dan tempat
terhadap sebuah pertobatan.
Tidak
pernah ada kata terlambat untuk kembali menjadi benar dengan Tuhan. Jika saja
kita menyesal, maka Tuhan Allah menyesal. Bukankah hal yang sedemikian yang
saudara-saudara sekalian baca di dalam kitab Yunus? Ketika orang-orang di kota
Niniwe bertobat, maka Tuhan Allah menyesal.
Dari debu
dan reruntuhan sebuah penghancuran, Tuhan, dalam berkat dan kasih kemurahan,
menaikkan seseorang yang berhati mulia dan murni untuk melakukan kehendakNya di
muka bumi ini. Kehendak Allah tidak pernah gagal. Setiap sedu sedan serta air
mata dan kepedihan dimaksudkan menuju ke arah kehendak utamaNya di muka bumi
ini: Rancangan Tuhan untuk berkat dan keselamatan kita.
Maka,
sejenak kita melihat pada peringatan Tuhan Allah kepada bangsa Yehuda. Yang
pertama, contoh dari 10 suku Israel dari utara: pemujaan terhadap berhala di
Israel merajalela di bawah pemerintaah Yerobeam, pemimpin mereka yang pertama.
Dan peristiwa itu membawa kembali kepada kenangan atas patung anak sapi di
Bethel dan di Dan.
Dalam kitab
Hosea 4: 17 berkata: - mengutip Tuhan: “Efraim bersekutu dengan
berhala-berhala, biarkanlah dia! Aku sudah mencoba dan mencoba. Aku
meninggalkannya di dalam tangan penghakiman.”
Maka,
Tiglath-Pileser membuat Israel di bawah penjajahan. Syalmaneser mengepung kota
Samaria. Dan Sargon menghancurkan kerajaan dari utara dan kesepuluh suku
tersebut dikeluarkan dari seluruh Asyur dan dari seluruh dunia.
Bangsa
Asyur, seperti yang saya katakan, perlahan-lahan bergerak mendekati Yehuda.
Ketika Sargon mengalami kekalahan di suatu peperangan, ia meninggalkan
kerajaannya kepada putranya Sanherib. Dan Sanherib menyerbu Yehuda ketika
Yehuda berada di bawah pemerintahan raja Hizkia, seorang raja yang baik. Dan
Yehuda kemudian diselamatkan. Sebagai pemeliharaan dengan Yesaya dan raja yang
baik Hizkia, Yehuda diselamatkan oleh seorang malaikat Tuhan.
Apakah
saudara-saudara sekalian mengingat kisah tersebut? Ia mengabaikan pasukan dari
bangsa Asyur di malam hari – seorang malaikat Tuhan – serta menghancurkan sebanyak 185.000
orang tentara bangsa Asyur. Demikianlah kebaikan Tuhan Allah kepada raja
Hizkia. Di dalam catatan tentang Zakaria, tabung-tabung tanah liat yang digali
di Syria, dikatakan bahwa Sanherib membawa sebanyak 200.000 orang tawanan dari
Yehuda.
Sekarang,
putra dari Hizkia, Manasye, menerima posisinya dalam pemujaan berhala yang
kotor. Hizkia merupakan seorang yang baik, seorang raja yang mengagumkan. Akan
tetapi, putranya Manasye, sangat menyedihkan. Dan bangsa Asyur menangkap
Manasye dan membawanya pergi, di dalam rasa malu, ke salah satu propinsi
mereka, Babilon.
Sekarang,
Manasye dibebaskan karena penyesalannya. Tetapi, karena dosa-dosa yang telah
dilakukan oleh Manasye, Tuhan Allah menolak untuk mengampuni Yehuda.
Di bawah
seorang pemimpin yang lemah, Asyurbanipal, bangsa Asyur dihancurkan pada tahun
612 SM. Akan tetapi, kota Babilon mengambil tempat kota Ninewe – para Kasdim. Di dalam kitab Habakuk 1:12 mengatakan bangsa Asyur
sebagai “ditetapkan untuk penghukuman” dan “ditentukan untuk disiksa.”
Kebangkitan
dari kerajaan Babilonia terhadap kejatuhan dari bangsa Asyur, sama cepatnya
dengan kematiannya ketika misi mereka untuk menghukum bangsa Tuhan telah
selesai dilaksanakan. Maka, kita menyinggung tentang nubuat yang berterus
terang dari nabi Yesaya dan nabi Mikha. Kota Babel di jadikan sebuah kota dari
namanya sekitar 100 tahun sebelum kota itu dibuat menjadi ada. Di dalam kitab
Yesaya 39: 6 dan 7, kepadanya telah diberitahu bahwa mereka akan di buang ke
Babel dan oleh karenanya putra-putra mereka akan dijadikan sebagai sida-sida di
dalam istana.
Dan saudara
ingat, ketika Daniel dan ketiga
sahabatnya di bawa ke Babel dan lalu mereka kemudian dikebiri. Mereka telah
dilemahkan. Mereka dijadikan sebagai sida-sida. Dan begitulah sebagian dari
hukuman Allah.
Dan nabi
Yeremia, kemudian, di dalam Pasal yang kedua puluh lima dari nubuatnya,
berbicara tentang fakta, bahwa Babel akan berdaulat di atas Yehuda sampai tujuh
puluh tahun lamanya. Dan kita akan melihat kepada masa tujuh puluh tahun
tersebut dan beberapa hal yang dihasilkan pada masa tersebut.
Jadi, kita
berbicara tentang hukuman Allah Yang Maha Kuasa yang tidak dapat dielakkan
lagi. Dan saudara-saudara sekalian lihatlah padanya. Ada kebangkitan yang
dahsyat pada suku Yehuda di bawah pemerintahan Yosia. Dan selama masa-masa
terakhir dari pemerintahannya, kerajaan Asyur dihancurkan.
Lalu
kemudian Yehuda menyongsong masa depannya yang keemasan. Tangan Allah dan
berkat daripada Tuhan ada pada bangsa itu. Tetapi, walaupun terjadi kebangkitan
rohani di bawah pemerintahan Yosia, ataupun kekalahan dari kerajaan Asyur tidak
membuat suatu pengaruh yang tetap terhadap bangsa Yehuda.
Raja-raja
penyembah berhala meniadakan pengaruh spiritual raja Yosia. Dan kaum Kasdim
dari kerajaan Babilonia mengambil tempat dari kerajaan Asyur. Dan Nebukadnezar,
salah satu pemimpin yang paling berkuasa dan otoriter, mengangkat
kebijakan-kebijakan yang sama terhadap pemindahan seluruh penduduk yang
ditemukan serta didirikan oleh raja-raja Asyur dan hanya mengikuti di
bel;akangnya.
Bagi
Nebukadnezar, pembuangan memiliki dua arti: yang pertama, tidak akan ada lagi
pemberontakan di Yehuda. Karena Yehuda sudah dihancurkan untuk selama-lamanya … sampai pada tanggal empat belas bulan Mei tahun 1948. Yehuda
sudah dihancurkan selama-lamanya.
Dan yang kedua: pembuangan itu
memasok tukang-tukang yang terampil untuk sang raja, beserta dengan para tukang
tangan untuk pelaksanaan pembangunan kota yang gemerlap di Babilon, begitulah
yang ditujunya. Dan jumlah dari para budak pekerja itu sangat banyak. Jumlah
yang memberikan suatu kemampuan untuk melakukan seluruh pekerjaan yang hebat
itu.
Di bawah
pendudukan orang-orang Babilonia itu – yang mengambil tempat kaum Asyur,
ada tiga kali terjadi pembuangan. Pembuangan yang pertama terjadi pada tahun
605 SM, pada saat Daniel dan saudara-saudara
seimannya – Hananya, Misyael dan Azariah – ketika mereka di bawa ke dalam
pembuangan, bersama dengan mereka terdapat anggota keluarga kerajaan lainnya
dan harta kekayaan dari kerajaan. Demikianlah pembuangan yang pertama: ketika Daniel turut dibawa serta.
Pembuangan
yang kedua terjadi pada tahun 598 SM, ketika raja Yoyakim dan keluarga
kerajaan, termasuk nabi Yehezkiel, di bawa ke dalam pembuangan.
Dan
pembuangan yang ketiga – pembuangan yang terakhir kalinya – terjadi pada tahun 587 SM. Dan
bersamanya terjadi penghancuran atas Bait Suci, penghancuran terhadap kota dan
penahanan total terhadap penduduk.
Raja
Zedekia, yang akan kita jumpai sebentar lagi, melakukan pemberontakan pada
tahun yang kesembilan pemerintahannya. Dan ia menyempurnakan pemusnahan yang
sempurna terhadap kota dan terhadap Bait Suci tersebut.
Semua imam
dibunuh. Putra dari Zedekia dibunuh tepat di depan kedua matanya. Dan ia di
bawa ke Babilon dalam keadaan terbelenggu. Yang tertinggal di negeri
tersebut hanyalah kaum miskin dan papa
dan tidak berdaya. Dan raja Nebukadnezar menempatkan seorang gubernur atas
negeri tersebut yang bernama Gedalya.
Jadi,
marilah kita melihat pada para raja dan nabi selama masa yang tragis itu. Ada
lima orang nabi: Yeremia – yang selama beberapa kali akan kita temui, sebentar lagi – Yeremia, Yehezkiel, Daniel,
Zefanya dan Habakuk. Ada lima orang nabi selama masa itu. Dan keempat putra
dari Yosia yang menjadi raja adalah: Yoahas, Yoyakim, Yoyakhin dan Zedekia.
Bangsa
Yehuda tidak menyadari perubahan yang tersimpan bagi mereka menyusul kematian
raja yang baik Yosia itu – raja terakhir yang baik hati dari bangsa Yehuda, Yosia. Dengan
suatu keyakinan mereka mengharapkan pengganti dari raja Yosia akan meneruskan
kebangunan rohani serta kebijakan tentang kemeredekaan berpolitik untuk bangsa
Yehuda. Pengganti dari raja Yosia – semua dari keempat putranya – merupakan penyembah berhala dan melakukan perbuatan-perbuatan
jahat di hadapan Tuhan dan membawa negeri beserta dengan penduduknya kepada
puing-puing belaka.
Sekarang,
kita akan melihat kepada keempat raja tersebut - keempat putra dari raja Yosia
itu. Yang pertama, Yoahas: terhadap kematian dari Yosia, bangsa dari negeri itu
mengangkat putra Yosia yang paling muda, Yoahas, dan meminyakinya sebagai raja
mereka. Ia memerintah hanya selama tiga bulan saja, ia melakukan
perbuatan-perbuatan jahat di hadapan Tuhan Allah, dan kemudian ia disingkirkan
oleh Nekho-Firaun, yang dulunya membunuh Yosia. Nekho-Firaun menyingkirkan
Yoahas dalam keadaan terbelenggu ke Mesir, dimana ia kemudian meninggal di
sana.
Kemudian,
Nekho, mengambil putra Yosia yang lain yang kemudian diberinya nama Yoyakim dan
medudukkannya di atas takhta. Raja Yoyakim ini terang-terangan merupakan
seorang raja yang berpihak kepada Mesir dan anti terhadap kaum Kasdim. Seperti
mengapa Yoyakim disingkirkan oleh rakyat dan digantikan oleh adiknya, dan
mengapa Nekho mengangkatnya menjadi seorang raja, Yoyakim memberikan upeti yang
sangat besar kepada Mesir. Dan Yoyakim memerintah selaam 11 tahun di sana.
Ketika
Yoyakim di bawa ke Mesir, di mana ia kemudian meninggal di sana, saudaranya,
Yoyakhin, diangkat menjadi raja pada tahun 605 SM. Dan ditahun inilah terjadi
pembuangan yang pertama itu: di bawah pemerintahan Yoyakhin, pada tahun 605 SM.
Ketika kemudian Nekho dikalahkan oleh Nebukadnezar di Karkemis dan di Hamath,
orang-orang Babylonia mengikutkan kekalahan bangsa Mesir di sebelah barat. Dan
negeri dari bangsa Yehuda menjadi di bawah kedaulatan Babilonia.
Yoyakim,
seperti yang dikatakan dalam 2 raja-raja 23: 37 – mengutip: “ia melakukan apa yang jahat di mata Tuhan.” Dan setelah tiga tahun, ia memberontak menentang raja
Nebukadnezar, ia menolak untuk membayar upeti kepadanya. Dan ia tidak bersandar
kepada Tuhan, akan tetapi ia bersandar kepada Mesir, untuk membebaskannya,
harapannya telah dikuatkan – dan itulah alasannya mengapa saudara-saudara sekalian melihat
betapa banyak detil di dalam hal-hal seperti ini – pengharapannya telah dikuatkan oleh
nabi palsu. Di dalam kitab Yeremia 5: 11: “sebab kaum Israel dan kaum Yehuda
telah sungguh-sungguh berlaku tidak setia terhadap Aku.”
Saya
memiliki sebuah catatan tentang nabi Yeremia. Nabi Yeremia, seorang nabi besar,
menaikkan suara yang keras menentang persekutuan dengan Mesir. Kehendak Tuhan,
katanya, bukan untuk memberontak terhadap kaum Babilonia. Yoyakim menjadi musuh
Yeremia yang lebih sengit. Sang raja memenjarakan dia untuk menjauhkannya dari
Bait Suici dan menjauhkannya dari bangsa Yehuda. Lalu kemudian nabi Yeremia
mendiktekan Firman Allah terhadap bangsa Yehuda kepada Barukh, tangan kanannya.
Sekarang,
saudara bisa melihat akan hal ini: ketika pesan dari Yeremia tersebut – pesan yang didapatkannya dari Tuhan Allah – ketika pesan tersebut diberikan kepada Yoyakim, ia mengoyakkannya,
helai demi helai, dengan sebilah pisau lipat, lalu kemudian ia membuangnya,
helai demi helai ke dalam api unggun di musim dingin dalam istananya. Akan
tetapi nubuat tentang Yoyakim bertahan di dalam rasa malu yang akan menemuinya.
Saya kutip: “Yoyakim akan dikuburkan dengan cara penguburan seekor keledai.”
Komentar
saya, Tidak ada seorang manusiapun yang dapat tidak menghormati Firman Tuhan
dan lepas dari kejatuhan dan hukuman yang akan sampai. Sekarang, hal itu benar
adanya, apakah orang itu berada di dalam mimbar atau di dalam satu bangsa atau
berada di dalam satu golongan agama tertentu atau berada dalam sebuah gereja
atau di perguruan tinggi atau sebagai seorang pengkhotbah. Di suatu tempat,
suatu waktu, akan datang penghakiman kepada mereka yang menganggap remeh atau
mengabaikan atau meremehkan Firman Tuhan yang kudus. Bisa saja tidak terjadi
sesegera mungkin, kemungkinan belum pada saatnya. Akan tetapi, peristiwa itu
pasti datang. Kita akan melihatnya lagi, dan lagi dan lagi, di dalam
penghakiman Tuhan terhadap umat manusia.
Pasukan
Nebukadnezar yang berbaris mendekati Yehuda kembali. Kota Yerusalem telah
dikepung oleh bangsa Kasdim. Akan tetapi sebelum kota itu jatuh, tiba-tiba raja
Yoyakim meninggal dunia. Kemungkinan – hampir pasti – ia dibunuh. Dan putanya yang masih muda, masih berusia 18 tahun,
Yoyakhin, di dudukkan atas takhtanya.
Di bawah
pemerintahan Yoyakhin, terjadi pembuangan besar yang kedua dari Israel, lalu
kemudian ditawan serta dibawa ke Babilon. Yoyakhin adalah seorang raja yang berhati
jahat seperti ayahnya, Yoyakim. Setelah memerintah selama 100 hari, lebih lama
sedikit dari tiga bulan, kota tersebut jatuh ke tangan bangsa Babilonia pada
tahun 598 SM.
Dan
penahanan yang penuh penderitaan yang hebat menyusul kemudian: nabi Yehezkiel
merupakan salah seorang dari mereka; sang raja; ibu suri, orang-orang istana,
pasukan tentara, tahanan dari negeri mereka; orang-orang terbaik di seluruh
negeri dan dari istana raja – seluruhnya di bawa di dalam pembuangan yang kedua.
Peristiwa
ini secara umum disebut dengan “pembuangan”. Disebut sebagai pembuangan karena jaraknya: karena sang raja;
Yoyakhin, berada di Babel selama 37
tahun lamanya; dan karena pembuangan itu membawa benih keturunan dari pemulihan
setelah pembuangan.
Hanya pada
saat kematian Nebukadnezar, penggantinya Bel – Merudak, membebaskan Yoyakhin. Dan
kenyataan dari membebaskan Yoyakhin, dituliskan dalam catatan lembaran-lembaran
kuno tersebut.
Pada
pembuangan di sana, mulai dari saat itu, melihat kepada Yoyakhin sebagai raja
mereka yang sah, dan waktunya telah diperhitungkan dari pembuangan raja
Yoyakhin. Misalnya, ketika nabi Yehezkiel memulai nubuat-nubuat besarnya yang
panjang – kitab Yehezkiel – begitulah caranya ia memulainya – kitab Yehezkiel 1: 2 – dari pembuangan raja Yoyakhin.
Nabi
Yeremia menuliskan pesan kepada orang-orang buangan – ia berkata: selama 70 tahun engkau akan berada di sana. Kemudian,
Lalu kemudian engkau akan mendapatkan kemerdekaanmu untuk pulang ke negerimu.
Maka, dirikanlah rumahmu dan buatlah kebun untuk kamu.
Nabi palsu
berkata kepada Yoyakhin bahwa mereka akan bebas di dalam dua tahun. Akan tetapi
nabi Yeremia mengatakan bahwa pembuangan itu akan berakhir setelah tujuh puluh
tahun. Nabi Yeremia, di negeri Yehuda, berkeliling dengan sebuah gandar di
tengkuknya, menandakan berlanjutnya pembuangan orang-orang tersebut di Babel.
Dan di sana
ada seorang nabi palsu yang bernama Hananya. Lalu ia mematahkan gandar itu dari
tengkuk Yeremia, seraya berkata bahwa bangsa itu akan dibebaskan dalam dua
tahun. Lalu Yeremia menatap nabi palsu itu dan berkata, “Engkau akan segera mati.”
Kemudian
kita sampai kepada raja yang terakhir. Ingatlah. Yoyakhin berada di Babel, di
mana ia akan berada di sana selama 37 yahun. Putra keempat dari raja Yosia
adalah Zedekia., sampai pada takhta ayahnya. Dan dengan dibuangnya Yoyakhin ke
kota Babel menempatkan putra Yosia yang membawa kesialan kepada takhta.
Dan Zedekia
memerintah selama 11 tahun di Yerusalem. Ia sama jahatnya dengan
saudara-saudaranya. Sebelas tahun dari pemberontakan yang benar-benar matang
serta korupsi membentuk karakter dari pemerintahannya.
Zedekia,
raja yang terakhir itu, kelihatannya memiliki keinginan untuk mendengarkan
Yeremia dan mencari cara untuk menyelamatkan hidupnya. Akan tetapi ia mengalah
kepada pihak yang memihak kepada bangsa Mesir dan melakukan pemberontakan
terhadap Nebukadnezar. Dan di dalam kitab 2 raja-raja mengatakan bahwa ia
bersandar bukan kepada Tuhan Allah akan tetapi kepada bangsa Mesir.
Nebukadnezar
bereaksi dengan cepat. Kali ini, ia menetapkan hatinya untuk mengenyahkan
bangsa itu selama-lamanya. Ia diutus oleh Tuhan Allah untuk menyelesaikan
hukuman tersebut. Dan pada bulan Januari tahun 588 – sudah berlangsung sejak tahun 597 - Yerusalem sudah dikepung dan
sesaat lagi akan dimusnahkan.
Saudara-saudara
sekalian telah mendengarkan nubuat dari nabi Yeremia – memang sedikit panjang. Selama pengepungan yang cukup lama itu,
ia sangat menderita. Selama bagian awal
dari pengepungan itu, ia menuliskan Pasal yang ke 34 dari kitabnya. Dan selama
bagian yang belakangan datang, ia menuliskan Pasal yang ke 32, 33 dan 39.
Ia telah
didakwa atas sebuah pengkhianatan dan dimasukkan ke dalam sebuah penjara yang
hina. Pada saat pengepungan berlanjut, ia dimasukkan ke dalam sebuah ruangan
yang sempit, di mana ia dapat menjadi binasa, kalau bukan karena Ebed-Melekh,
seorang sida-sida dari Ethiopia, yang menyelamatkan dia.
Dan detil
yang kecil ini: ia ditempatkan di dalam sebuah lubang. Dan pada saat
Ebed-Melekh mencari cara untuk mengeluarkannya, bencana kelaparan telah terjadi
untuk beberapa lama dan mengerikan, bahwa diperlukan sebanyak 30 orang untuk
mengangkatnya ke atas. Dibutuhkan sebanyak 30 orang untuk mengangkat nabi
Yeremia dari lubang tersebut. Dan Tuhan Allah memberitahu Yeremia untuk
mengatakan kepada Ebed-Melekh bahwa ia akan diselamatkan hidup-hidup dan akan
dipelihara. Dan semua itu akan terjadi.
Baiklah,
setelah sebuah satu setengah tahun pengepungan, bangsa itu mulai dilanda
kelaparan – selama musim panas tahun 587 SM, sebuah akhir datang.
Tembok-tembok itu dirubuhkan. Nebukadnezar telah menetapkan bahwa kota tersebut
tidak akan menjadi sebuah benteng kembali dan kota itu akan menjadi sebuah
tempat tanpa adanya pemberontakan di dalamnya. Bait-bait suci, rumah-rumah,
dinding-dinding tersebut dirubuhkan sampai rata dengan tanah. Dan kejadian
tersebut, tentu saja merupakan pembuangan yang ketiga dan yang terakhir.
Zedekia,
raja itu, berencana untuk melarikan diri ke arah Amman, akan tetapi ia
tertangkap di dekat Yeriko. Dan putra-putranya dibunuh di depan kedua matanya.
Kemudian matanya sendiri dibutakan. Lalu kemudian, dalam keadaan buta dan
terbelenggu, ia di bawa ke Babel untuk melayani dan untuk mati.
Yeremia
diperlakuan dengan baik dan dalam kejayaan oleh bangsa Babilonia.
Sekarang,
saya harus menutupnya. Adapun tujuan utama dari pelajaran kita hari ini adalah
apa yang saya katakan sekarang. Ingatlah: Bangsa itu telah dihancurkan. Bait
Suci itu telah dihancurkan. Semua orang masih berada di sana, di tepi sungai
Babilon, menyanyikan lagu tentang keputus asaan serta kemiskinan mereka.
Akan tetapi
ada hal yang luar biasa datang dari pembuangan ke Babel tersebut. Dosa dari
manusia tidak dapat membuat kegagalan kehendak Allah.
#1: Bangsa
Israel tidak pernah lagi menyembah kepada berhala. Sampai dengan hari ini – saudara-saudara sekalian sudah membaca Alkitab – pernah ada seekor anak sapi yang terbuat dari emas dengan Musa
dan setiap generasi dari Yahudi – bangsa Israel – mereka adalah penyembah berhala. Setelah pembuangan ke Babel itu,
bangsa Yahudi tidak pernah lagi menyembah kepada berhala.
Misalnya,
jika saudara-saudara sekalian mendatangi sebuah sinagog - gereja kaum Yahudi,
dapatkah saudara-saudara sekalian membayangkan sebuah patung atau sebuah berhala
di dalam sebuah sinagog? Dan sinagog tersebut adalah apa yang kita sebut dengan
gereja. Dapatkan saudara bayangkan sebuah berhala di bawa masuk ke dalam sebuah
gereja Baptist? Semua berhala itu sudah
dihancurkan di dalam pembuangan ke Babel itu. Bangsa itu tidak pernah lagi
memuja berhala.
#2:
Pembuangan itu melahirkan sinagog tersebut. Jemaat gereja kita – terpola sesudahnya, berkumpul bersama untuk mendengar Hukum dan
para nabi, kita berkumpul untuk mendengarkan Firman Tuhan juga. Orang banyak
diajarkan untuk patuh kepada Firman Tuhan serta untuk berdoa dan memuji Tuhan
bersama-sama. Saya tidak dapat membayangkan sebuah sinagig selain daripada yang
seperti itu – sebuah gereja Baptist selain daripada yang seperti itu. Membuka
Kitab Tuhan – bangsa Yahudi membaca dari Perjanjian Lama – dalil-dalil itu – dan kita membaca Perjanjian Baru serta kasih daripada Kristus.
Saya sudah
pernah mengunjungi kuil-kuil Hindu di India: Kuil agama Hindu. Dan mereka
memiliki ribuan patung – kuil-kuil tersebut dipenuhi dengan patung. Saya sudah pernah
mengunjungi kelenteng-kelenteng Budha, selalu, di sana selalu ada patung dari
Buddha. Saya sudah pernah mengunjungi gereja-gereja Katolik yang dipenuhi oleh
patung-patung – di semua tempat dalam gereja itu. Saya tidak dapat membayangkan
sebuah patung di tempatkan di daalm Gereja First Baptist Church di Dallas.
Inilah yang dihasilkan dari pembuangan di Babel tersebut.
Sekarang,
ketiga hal besar yang dihasilkan dari pembuangan ke Babel tersebut merupakan
dalil-dalil dari Kitab Suci – Alkitab. Pada saat orang menangis dalam penderitaan, mereka
mencari cara untuk menyenangkan mereka serta mendorong semangat dari
kitab-kitab suci tersebut.
Mereka
mengumpulkan buku-buku tentang dalil tersebut bersama-sama. Dan Ezra dipakai
oleh Tuhan di dalam pembuangan itu, untuk mengumpulkan buku-buu yang
mengagumkan tersebut yang mana sekarang saudara-saudara sekalian menyebutnya
dengan Alkitab.
Saya pikir
saya harus berhenti sekarang. Di dalam penyebaran bangsa tersebut, pengetahuan
yang sejati tentang Tuhan Allah telah disiarkan ke seluruh permukaan bumi ini.
Saya
mendapatkan sebuah kesimpulan: pembersihan sejarah, kadang kala berabad-abad
sebelum terlihat, adalah keberhasilah berkat Kekuasaan Tuhan. Dan hal itu yang
menjadi kenyataan di dalam hidup kita. Kadang kala hanya di dalam kekekalan
kita akan mampu melihat keberhasilan berkat Kuasa Tuhan di dalam kehidupan
kita.