Nama: Yosafat Belmiro
Matakuliah : Konseling Pastoral
Buku: Konseling Kristen Yang Efektif // DR. Garry Collins
Pasal 1: Kebutuhan akan Konseling
Kristen
Sigmunt Freud, memulai karirnya
sebagai psikiater (dokter ahli jiwa) di Austria tahun 1880. Ia membentuk
teori-teori yang kontroversial pada zaman itu, yaitu teori mengenai watak dan
pikiran manusia (analisis mimpi dan menghubungkannya dengan rahasia kehidupan
yang tersembunyi). Freud juga banyak menulis mengenai perkembangan dan
pembentukan kepribadian manusia, tingkah laku yang abnormal dan teori konseling
yang disebutnya sebagai psiko-analisis. Konseling juga sudah ada berabad-abad,
seperti Elihu memberi nasehat keapda Ayub, ditengah-tengah penderitaannya.
Malaikat Tuhan menolong Elia, ketika ia kesepian dan putus asa di padang gurun.
Daniel menasihati raja Nebukadnezar, dan Daud memainkan kecapi untuk menghibur
Saul yang murung dan gelisah. Tuhan Yesus juga disebut sebagai “Penasehat yang
Ajaib”, dalam Kitab PB bisa ditemukan banyak contoh orang-orang Kristen yang
saling menolong, menasehati, satu keapada yang lain.
Konseling
adalah hubungan timbal balik antara dua individu, yaitu konselor yang berusaha
menolong atau membimbing dan konsele yang membutuhkan pengertian untuk mengatasi
persoalan yang dihadapinya. Dan tentunya arahnya bervariasi, meski semua tidak
dapat diaplikasikan dalam setiap situasi konseling.
-
Mengubah sikap/tingkah laku yang
merugikan, dan menolong mengerti akan nilai-nilai kehidupan yang ada.
-
Belajar bagaimana bergaul dan
berkomunikasi dengan sesama.
-
Menolong untuk dapat mengekspresikan
perasaan kuatir, gelisah takut, kesepian, atau kemarahan secara sehat.
-
Menolong mengerti sebab-sebab dari
persoalan yang timbul.
-
Menyadari akan dosa, mengakui dihadapan
Tuhan, mengalami pengampunan, dan mulai suatu kehidupan yang baru.
-
Menciptakan kesediaan untuk mendengar
nasihat, teguran, dan menolong orang lain yang mempunyai problem yang sama.
-
Belajar tumbuh dalam iman dan
pengenalan akan Tuhan, dalam doa dan perenungan Firman Tuhan secara teratur.
Keunikannya
dalah:
-
Orang Kristen mempunyai pandangan yang
unik tentang dunia dan segala persoalannya. Dimana Allah mengatur setiap bagian
hidup kita, mendegar doa anak-anak-Nya, menyelamatkan yang percara dan menolong
mereka untuk mengatasi segala persoalan hidupnya.
-
Konselor Kristen mempunyai arah yang
konkret yaitu memperkenalkan Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadi dan
Penebus dosa, sehingga orang Kristen tidak saja mengakui dosa, tetapi juga
memperoleh anugrah pengampunan dosa, diperdamaikan dengan Allah dan memulai
hidup baru yang dipimpin oleh Roh Kudus.
-
Konselor Kristen dapat berdoa bersama
konsele, menguatkan hatinya melalui pembacaan Firman Tuhan, dan memperhatikan
hal-hal rohani yang dapat menolong pertumbuhan iman konsele.
Tuhan
Yesus tidak selalu memakai cara yang sama dalam mengkonseling, kadang-kadang Ia
berkotbah, kadang-kadang Ia mendengar, memerintahkan, berdebat, dan mengajar
bagaimana kita dapat menjadi anak-anak-Nya yang baik. Ia berbicara di Bait Allah,
di atas bukit, di rumah-rumah, dan tidak pernah menghadapi suatu persoalan
dengan cara yang sama; karena Tuhan mengerti perbedaan dalam kepribadian,
kebutuhan, dan tingkat pengetahuan tiap orang. Jadi Ia menggunakan cara-cara
yang unik untuk setiap permasalahan.
Karena itu kita sebagai konselor
jangan hanya menekankan hal yang spiritual dan melupakan gejala yang lain, yang
juga harus diatasi; ataupun juga sebaliknya kita memperhatikan gejala-gejala
jasmani dan kejiwaan saja seta meremehkan kebutuhan rohani.
Setelah masa Freud, teori-teori
konseling berkembang begitu pesat, secara garis besar dibagi menjadi tiga
golongan;
1).
Directive-approaches
Konselor dipandang sebagai seorang
ahli yang dapat menganalisis persoalan, menngerti akan pemecahannya dan mampu
mengkomunikasikan jalan keluar tersebut kepada konsele. Jadi konsele hannya
datang untuk menerima petunjuk tentang hal yang harus dilakukannya,
2).
Permissive-approaches
Konselor memberikan kebebasan kepada
konsele untuk mengatasi persoalannya sendiri. Konselor tidak memberikan
diagnosis, menganjurkan jalan keluar, atau memberikan terapi, tetapi ia lebih
banyak mendengar , kadang-kadang menyimpulkan apa yang sudah didengar dan
memberikan suasana konseling yang hangat, sehingga konsele bebas mengeluarkan
isi hatinya, menyatakan perasaanya, dan tanpa disadari akhirnya ia menemukan
jawaban atas persoalannya.
3).
Interactional-approaches
Konselor dan konsele mendiskusikan
persoalan dalam hubungan mereka yang equal,
sehingga keduanya dapat mengambil keputusan sebagaimana baiknya persoalan
itu diatasi.
Biasanya
sih konseling lebih cenderung memilih pendekatan directive-approache. Kalau dalam masyarakat demokratis, pendekatan
kedua dan ketiga lebih banyak ditemukan. Tuhan Yesus memakai direct-approach dan sangat authoritative dalam menghadapi para imam
besar dan orang Farisi. Ia menggunakan pendekatan yang lebih dari hati ke hati,
dan kepada perempuan yang sakit (memegang jubah-Nya) Tuhan menghardik dengan
lembut. Sedangkan kepada anak-anak Ia memeluk dan membawa mereka dekat
kepada-Nya; dan dengan tiap-tiap murid-murid-Nya Ia memberikan pendekatan yang
berbeda.
Jadi tanggung jawab gereja yang
paling utama, adalah untuk menolong orang lain. Gereja seharusnya menjadi
kesatuan atau persekutuan dari orang-orang percaya yang oleh kuasa Roh Kudus
diberi kuasa untuk melayani sesama, baik didalam maupun diluar gereja.
Orang-orang
Kristen diberi karunia yang berbeda (Rm 12; 1Kor 12; Ef 4); ada yang punya
karunia berkotbah atau mengajar, ada yang melayani, memberi nasihat dan memang
ada karunia yang lebih menonjol.
Paulus mengingatkan melalui suratnya
kepada jemaat di Efesus, bahwa karunia diberikan oleh Roh Kudus dengan tujuan;
a.
Memperlengkapi orang percaya bagi pekerjaan pelayanan.
b.
membangun dan menguatkan iman orang percaya sehingga tidak lagi
diombang-ambingkan oleh bermacam-macam pengajaran, melainkan dipersatukan dan
menjadi dewasa dalam iman.
Beberapa ahli teologia berpendapat,
konseling adalah salah satu karunia khusus yang diberikan Tuhan keapda
orang-orang percaya untuk membangun gereja dan menguatkan tiap individu dalam
Roma 12:8.
Pasal 2: Ciri-ciri Konseling Kristen
First,
seorang konselor Kristen yang efektif tentu mempunyai kerohanian yang baik
(Galatia 5 “buah-buah Roh Kudus”). Seseorang yang sudah menerima Kristus
menjadi Tuhan dan Juruselamat, menyerahkan diri untuk mengikut Kristus,
menyalibkan hawa nafsu, dan berjalan didalam pimpinan Roh Kudus. Lambat laun
bagian dari hidupnya mulai mengeluarkan buah–buah roh. Seseorang yang sudah
menjadi milik Kristus akan terus menerus ingin memperbaiki kehidupannya. Harus
membiarkan Roh Kudus terus menerus mengontrol dan memperbaiki kehidupan kita.
Second,
konselor Kristen harus lemah lembut (Gal 6:1). Tegas tapi tetap lembut,
sensitive, kepada mereka yang datang dengan berbagai persoalan.
Third,
seorang konselor Kristen harus bersedia menolong meringankan beban (Gal
6:2). Tidak mudah, seringkali sulit tidak menyenangkan, bahkan menyakitkan.
Tapi hal inilah yang menjadi Firman Tuhan, yaitu kita harus meringankan beban
satu dengan yang lain.
Four,
Seorang konselor Kristen harus bersifat rendah hati. Menguji dirinya
sendiri, tidak bermegah melihat keadaan orang lain, dan mau menanggung bebannya
sendiri, bahkan mau belajar dari orang yang minta tolong kepadanya (Gal 6:6).
Five,
Seorang konselor Kristen harus bersifat sabar. Sangat mudah bagi konselor
untuk menyerah dan putus asa bila kondisi konsele tidak bertambah baik (6:9).
Padahal jika kita mau dipakai Tuhan, kita harus sabar dan rela membiarkan Roh
Kudus bekerja sesuai dengan waktu-Nya.
Six,
seorang konselor Kristen harus berifat rajin berbuat baik (Gal 6:10).
Perbuatan baik tidak dapat dipisahkan dari dirinya sebagai seorang konselor.
Prinsip-prinsip untuk menolong orang lain ini harus dipupuk, dan harus menjadi
semakin jelas kita tumbuh dalam iman kepada Tuhan Yesus. Titik permulaannya
adalah hubungannya dengan Tuhan, ditandai dengan kasih (Yoh 13:34-35). Beberapa
hal yang harus diperhatikan;
1).
Saat teduh
2).
Membagi Tugas (Yesus juga melatih murid-murid-Nya untuk melakukan dan menolong
orang lain).
3).
Dukungan dari saudara-saudara seiman
4).
Doa (Markus 1) Tuhan Yesus menyediakan waktu khusus untuk berdoa.
Ada beberapa hal yang harus
dihindari oleh konselor Kristen
a.
Memihak/menitik beratkan pada informasi sepihak.
Contoh pada konseling pernikahan,
suami istri bisa mempunyai pandangan yang sangat berbeda mengenai satu
persoalaan. Jadi konselor jangan mendengar hannya keapda satu pihak saja,
apalagi kalau ia berpihak kepada satu konsele, masalah itu tidak akan selesai.
b. Mengambil kesimpulan yang
premature/tergesa-gesa/ ceroboh.
Seorang konselor harus dapat
mendengar dengan baik, cermat, dan tidak mengambil kesimpulan terlalu cepat.
Karena apa yang dikemukakan oleh konsele belum tentu persoalan yang sebenarnya,
seringkali hannya berupaya gejala tambahan dari inti persoalannya.
c.
Menekankan Konfrotansi (ketegangan konflik)
padahal jika diperhatikan ada banyak
cara yang disaksikan untuk menolong orang lain oleh Alkitab. Kadang-kadang
melalui konfrontasi (Rm 15:14), terkadang mengajar (Kol 3:16), menghibur (1 Tes
4:18), memperhatikan (1 KOr 12:25), menguatkan (1 Tes 4:18), bahkan dengan
kasih menolong konsele menanggung beban atau pergumulan mereka (Gal 6:2). Jadi
jelas tidak mungkin hannya satu cara saja untuk menolong konsele.
d.
Terlalu banyak ikut campur (kepo)
seringkali konselor terjerat dan
ikut campur dalam banyak hal, sehingga tidak obyektif terhadap inti
persoalannya. Dan tentu saja banyak menguras banyak waktu dan tenaga yang
seharusnya dapat kita pergunakan untuk hal-hal lain.
e.
Akrab dengan konsele lawan jenis.
Jangan mengira bahwa konselor
Kristen, ada jaminan bahwa tidak akan terjadi skandal dalam hubungan kita
dengan konsele. Konseling membutuhkan pendekatan yang kadang-kadang sampai
kepada kebutuhan pribadi yang sangat mendalam, seperti kebutuhan seksual. Konselor
harus tegas, dan tidak membiarkan perasaannya terlihat lebih jauh jika ia
melihat kebutuhan-kebutuhan ini mulai muncul dalam hubungan konsele dan
konselor. Banyak konselor professional dan hamba-hamba Tuhan yang terlibat
dalam persoalan ini dan pelayanan mereka gagal karena mengabaikan standar
kesucian dari kehidupan Kristen dan membiarkan hawa nafsu dan perasaannya
terikat dengan konsele.
Untuk menjaga hal ini, konselor
tidak mengadakan pertemuan-pertemuan di tempat-tempat yang tertutup,
tersembunyi, ataupun tempat-tempat sunyi, kecuali jikalau konselor ditemani
diaken atau pekerja gereja yang lain.
f.
Kegagalam menyimpan rahasia.
Untuk menghindari hal ini, dengan
kuasa pertolongan Tuhan kita harus mematikan kebiasaan untuk membicarakan orang
lain (Yak 3:1-10; 1 Pet 3:10)
g.
Pelayanan yang tidak seimbang
karena terlalu sibuk sehingga
tanggung jawab lain menjadi terbengkalai. Kalau hal ini diabaikan maka
pelayanan kita tidak akan menjadi efektif bahkan kita tidak akan menjadi
teladan bagi orang-orang lain.
Konseling merupakan bagian vital
dari pelayanan di gereja, dan seharusnya pemimpin-pemimpin gereja berusaha
untuk dapat membuat konselingnya menjadi seefektif mungkin.
Pasal 3: Teknik dalam Konseling Kristen
Contoh
Ayub
Elihu Mendengar (Ayb
31:11), mendengar menjadi bagian yang sangat penting yang seing kali dilupakan
dalam konseling.
Elihu Mengerti (Ayb
31:12), Elihu mengerti bahwa tidak ada seorang pun yang telah menjawab
pertanyaan-pertanyaan Ayub.
Elihu Menguatkan (Ayb
33:6-7), sangat penting bagi konselor untuk dapat menguatkan dan meyakinkan
konsele, bahwa sekalipun mereka gagal dan bebuat dosa, kita bisa mengerti dan
tidak menolak mereka, bahkan mengingatkan bahwa Tuhan Yesus datang ke dunia
karena Ia mengasihi kita sewaktu kita masih berdosa (Rm 5:8).
Elihu Mengkonfrotasikan Ayub dengan
kebenaran-kebenaran Allah (Ayb 33:12), kunci nya adalah dengan
lemah lembut.
Elihu mengajar (Ayb
33:33), membagikan hikmat kebenaran Firman Tuhan yang dibutuhkan konsele.
Elihu membimbing Ayub kepada Tuhan
(Ayb 34), Elihu mengingatkan Ayub betapa Allah itu adil dan tidak pernah
berlaku curang, ia betul-betul memperhatikan keadaan manusia, dan kita
seharusnya menurut kepada-Nya.
Contoh
dari Tuhan Yesus
Tuhan Yesus datang dan berjalan bersama
mereka (Luk 24:15), setiap konselor harus berjalan dan memiliki
hubungan pribadi kepada Tuhan.
Tuhan Yesus bertanya (Luk
24:17,19). Missal apa yang sedang anda gumuli? Apakah yang membuat anda susah?
Etc
Tuhan Yesus mendengar.
Tuhan Yesus menerima,
Ia tahu bahwa murid-murid-Nya mempunyai kesimpulan yang salah, tetapi Ia tidak
langsung menegur, Ia menerima mereka sebagaimana mereka ada.
Tuhan
Yesus memperhadapkan mereka dengan
persoalan yang sebenarnya (Luk 24:25-26).
Tuhan
Yesus mengajar (Luk 24:27).
Tuhan
Yesus bersedia tinggal bersama mereka (Luk
24:28-29).
Pasal
4: Arah Konseling Kristen
Secara pembacaan arah dari konseling
Kristen itu harus sampai kepada pertobatan, dan menjadi orang Kristen. Dan ia
tahu bahwa dosa-dosanya sudah diampuni, dan damai yang ia alami itu berasal
dari Kristus. Seperti yang tertulis alam 2 Kor 11:23-30; Flp 4:2-3). Ada tiga
hal yang harus diperhatikan dalam sesi konseling;
a.
Perasaan
Kebanyakan konselor mudah
menganjurkan konsele untuk jangan gelisah, tetapi ia sendiri menyadari betapa
sulitnya untuk mengubah perasaan seperti itu. Sangat menolong bila seseorang
dapat mengungkapkan perasaanya, bahkan berani untuk menangis. Rasul Paulus aja
menganjurkan beberapa cara yang unik untuk mengatasi perasaan yang kurang
menyenangkan tersebut;
-
Berbuatlah baik (Emosi sering memuncak,
cenderung banyak hal yang kurang baik).
-
Ingatlah bahwa Tuhan ada di dekat kita.
-
Ucapkanlah syukur dan pujilah Tuhan.
-
Nyatakanlah segala keinginanmu kepada
Allah dalam doa dan permohonan (Flp 4:4-6).
Alkitab
mengatakan bahwa kita akan merasakan “damai sejahtera Allah yang melampaui
segala akal” akan memelihara hati dan pikiran kita “dalam Kristus Yesus” (Flp
4:7).
b.
Cara berpikirnya
Ibrani
12:15 kesimpulannya adalah persoalan-persoalan pribadi yang mencemarkan orang
lain selalu muncul karena tumbuhnya pikiran jahat yang merupakan akar yang
pahit dalam diri orang tersebut. Meskipun seperti itu, dari pikiran juga dapat
tumbuh kasih, kebaikan, persaudaraan, bahkan kekuatan untuk mengontrol diri
sendiri. Kebanyakan orang yang mempunyai problema karena mereka berprasangka
buruk, menyalahkan diri sendiri, tidak rasional, atau terlalu mengasihani diri
sendiri. Terkadang konsele menarik kesimpulan, baik mengenai dirinya sendiri
maupun orang lain secara keliru, maka dari itu jika kita mau menolong
orang-orang ini, kita harus mengerti cara berpikir mereka, menolong mereka
untuk berpikir yang baik yang sesuai dengan Firman Allah.
c.
Tingkah laku
Segala
persoalan manusia timbul karena kejatuhan Adam dan Hawa dalam dosa. Kita setuju
bahwa jika seorang berbuat dosa, banyak persoalan lain yang akan timbul.
Alkitab jelas mengatakan bahwa Allah adil dan dosa pasti akan dihukum.
Tugas dari seorang konselor bukanlah
mencari dan menunjukkan kesalahan atau dosa dalam kehidupan konsele. Kalau di
Kitab Ayub dapat dilihat jelas bahwa, Ayub adalah seorang yang saleh dan jujur,
tetapi ia banyak ditimpa kesusahan, dan tekanan. Bahkan teman-temannya dan
iblis mengatakan bahwa ia menderita sedemikian hebat karena dosa yang telah
dilakukannya, tetapi Allah membantah. Penderitaan ayub tidak semata-mata karena
dosa (Ayb 2:3).
Paulus juga mempunyai sikap yang
baik mengenai kesukaran atau kesulitan-kesulitannya. Dua kali dia mengatakan
bahwa ia sudah belajar bagaimana mencukupkan diri dalam segala keadaan (Flp
4:11-12).
Fase-fase dalam percakapan konseling
(ada 4)
Fase Introduction-Understanding
Bertemu dengan konsele
Membuat
suatu appointment bahwa kita sebagai konselor siap menyediakan waktu bagi
konsele untuk konseling, biasanya dapat disampaikan dengan basa basi juga, atau
diumumkan di gereja.
Membangun
hubungan yang baik
Harus
perlu membangun hubungan yang baik dengan konsele sehingga ia merasa rileks dan
dapat mempercayai kita sebagai konselor. Tempat yang tenang, tidak banyak
interupsi, dan ciri-ciri konselor yang sudah saya jelaskan di pasal 2, dan
tentunya juga membantu kita untuk membuat hubungan yang baik. Jika hal ini
menghasilkan suasana yang hangat dan menyenangkan, hubungan yang baik atau rapport sudah terbentuk. Dan konselor
juga harus menunjukkan bahwa ia memang bersedia untuk menolong dan mendengar
dengan baik, karena ini merupakan dorongan yang terutama pada saat-saat permulaan.
Pada fase ini, sebaiknya konselor
juga menimbang apakah ia bisa menangani persoalan ini atau tidak. Dan harus
memiliki perencanaan mengenai proses dari konseling ini.
Fase Goal-Setting/ Fase Penetapan Goal
Sangat
penting bahwa sebelum mau pun sesudah konseling kita merendahkan diri di
hadapan Allah. Boleh juga kita berdoa dengan diam-diam setiap kali kita
berjumpa dengan konsele atau sedang berada di tengah-tengah percakapan
konseling. Kadang-kadang hal ini hanya membutuhkan waktu beberapa menit aja
untuk melakukannya. Dalam hal konseling tidak jarang juga penyelesaiannya bisa
sampai berminggu-minggu. Biasanya konselor-konselor yang baru sering kali
kuatir, bahwa mereka tidak dapat dengan cepat mengatasi masalah konsele. Ini
adalah salah, yang normal adalah konsele mencoba membeberkan persoalannya dan
bersama konselor ia mencoba untuk mengatasinya. Memang kadang-kadang kosele
perlu di konfrotansi untuk memikirkan dosa atau sikap menipu diri sendiri yang
sering kali menjadi penyebab dari masalahnya. Keadaan lingkungan juga menjadi
pengaruh, seperti penyebab stress, keluarga yang berantakan, keadaan politik
yang tidak stabil.
Kalau konselor dan konsele sudah
lebih akrab dan saling mengerti, mereka dapat mendiskusikan secara terbuka
kegagalan-kegagalan untuk mengatasi persoalannya pada masa-masa yang lampau dan
apa yang sedang dihadapi sekarang. Cara mengatasi masalah tanpa tujuan yang
jelas itu sudah jelas jarang banget yang berhasil. Tetapkan kapan dan bagaimana
goal-goal seperti ini dapat dicapai.
Fase Solution-Activity/ Fase
Mengerjakan Penyelesaian
Tugas
utama konselor yang utama adalah mendorong konsele untuk memulainya, dan
memberikan semangat pada mereka untuk mengulanginya lagi jikalau gagal. Atau
memberi beberapa saran jika memang sudah dicoba ternyata tidak berhasil. Tapi
yang paling penting itu membimbing mereka sementara mereka mengerjalan
penyelesaian-penyelesaian persoalan mereka.
Kadang-kadang konsele mengerti bahwa
situasi memang tidak dapat diubah, tetapi hal ini harus diterima dan tugasnya
adalah mencoba untuk menyesuaikan diri. Disamping semuanya ini, seorang
konselor Kristen harus juga memikirkan mengenai kerohanian konsele, dan memberi
bimbingan yang praktis dan ralistis mengenai bagaimana Kristus dapat mengubah
kehidupan seseorang. Yang pasti konselor dan konsele tidak hanya membahas
masalah dan kemungkinan untuk mengatasinya, tetapi juga mencoba setiap
kemungkinan.
Terminating-Launching Phase/ Fase
Terminasi Akhir
Apabila konselor dan konsele sudah
mengerti persoalannya, membicarakannya secara rinci, mencapai beberapa tujuan,
dan mulai dapat mengatasinya, tiba saatnya untuk menghentikan konseling.
Mungkin dalam konseling menjumpai hal yang dimana terasa sulit mengakhiri suatu
konseling. Masa terminasi sebetulnya, adalah titik dimana konsele dituntun pada
suatu fase kehidupan yang baru untuk mengatasi setiap masalah dalam
kehidupannya bersama Tuhan. Tujuan utamanya bukan untuk memancing
ketergantungan konsele atau membujuk konsele untuk kembali melanjutkan
konseling kepada kita, melainkan untuk menunjukkan ketulusan kita dalam
memperhatikan konsele.
Fase-fase dalam konseling juga tidak
selalu berurutan. Hubungan baik atau rapport sangat penting sekali pada
permulaan konseling tetapi dari permulaan sampai akhir. Harus diingat bahwa
tidak semua problem dapat diatasi dengan cara yang sama.
PASAL 5: BENTUK-BENTUK KONSELING
KRISTEN
1). SUPPORTIVE-KONSELING
Supportive konseling bukanlah
dimaksudkan untuk mengikat konsele dalam hubungan yang tidak matang dan
kekanak-kanakan supaya ia bergantung kepadanya, tapi justru bimbingan konselor
itu diberikan sementara konsele mulai maju dan terbuka menghadapi persoalan
hidup yang lebih efektif. Lebih baik lagi jika konsele dapat ditolong untuk
menghadapi problema kehidupan mereka secara realistis dan mencoba untuk
mengertinya; diberi kesempatan untuk mendiskusikan kejengkelan, rasa bersalah,
bahkan perasaan-perasaan negatifnya; memikirkan kemungkinan-kemungkinan jalan
keluar untuk menyelesaikan persoalannya sendiri. Banyak dari antara kita justru
menghindari stress dan keadaan yang tidak enak. Konselor yang supportive
memberikan perhatian, dorongan yang lebih peka terhadap tantangan, mencoba
dengan lemah lembut menyadarkan konsele terhadap tantangan tealita kehidupan
dan membimbing konsele pada pertumbuhan iman dan kematangan emosi sehingga
masalah dapat diatasi dengan lebih mudah.
2). CONFRONTATIONAL-KONSELING
Sebagai
seorang konselor Kristen tidak seharusnya menghakimi mereka (Mat 7:1) dengan
maksud untuk mengkritik. Hal yang penting yang perlu disadari oleh konselor,
yaitu bahwa konfrontasi tidak hannya terbatas pada diskusi mengenai dosa atau
tingkah laku buruk saja. Konfrontasi menolong konsele untuk lebih memahami
tindakan mereka sendiri, dan mendorong mereka untuk mendengar apa yang mungkin
tidak mereka sukai, bahkan menolong mereka untuk melakukan langkah-langkah
perbaikan yang selama ini mereka tolak. Konfrontasi kalau diberikan sedikit
demi sedikit dan penuh pengertian dapat merupakan bagian yang penting dan vital
dalam konseling.
3). EDUCATIVE-KONSELING
Kalau
dengan pendekatan ini konselor adalah seorang pengajar dan konselong Kristen
adalah bagian istimewa dari pendidikan agama Kristen. Dalam educative konseling
ini haruslah kita tetap menunjukkan sikap hati yang rendah dan membiasakan diri
untuk berpegang pada Firman Tuhan dalam tiap problema yang ada. Seorang
konselor harus percaya bahwa Tuhan dapat memakai kita untuk mengajar orang
lain.
4). SPIRITUAL-KONSELING
Harus
disadari bahwa sering kali hal-hal rohani dipakai oleh konsele sebagai topeng
untuk menyembunyikan problema yang sebenarnya. Dilain pihak ada orang yang
sering kali mengalami kesulitan dan problema justru karena ia menyembunyikan
pergumulan dan kebutuhannya akan hal-hal rohani. Kadang-kadang juga konsele
lebih banyak bertanya mengenai hal-hal teologia supaya ia sendiri tidak perlu
menceritakan mengenai problem yang asli.
5). Group konseling
dalam hal ini Yesus lebih banyak memberikan nasihat dan
konselingnya di setiap bagian harus memiliki tempat yang rohani. Dan dilakukan
secara perkelompok. Konselor-konselor Kristen menemukan bahwa ada keunikan
sendiri membimbing orang dan saling tolong menolong dalam hal konselor dan
konsele. Dan kunikannya adalah membimbing orang dalam group termasuk kelompok
keluarga, dengan mengadakan pertemuan, saling berlajar dari pengalaman orang
lain, saling mendukung, menasihati, dan menolong satu terhadap yang lain. Ada
juga kelompok-kelompok yang terbentuk tanpa bimbingan konselor, yaitu melalui
kelompok PA, aktivitas bersama , kelompok doa, dan kegiatan-kegiatan gereja
lainnya, dimana terbuka kesempatan untuk saling membagi-bagikan kesempatan,
untuk saling membagikan pengalaman, kebutuhan dan perhatian satu terhadap yang
lain. Biasanya dalam sharing dikuti dengan persekutuan doa, akan banyak sekali
menolong. Sukses atau tidaknya group konseling bergantung kepada partisipasi
anggota-anggotanya. Kalau mereka rela “memikul pergumulan satu dengan yang
lain”(Gal 6:2). , konseling dapat memperkaya pengalaman, bahkan menolong tiap
anggota-anggotanya.
6).
INFORMAL-KONSELING
Konseling bisa dilakukan dimana saja bahkan di jalan
sekalipun bisa. Seorang konselor yang berpengalaman memberikan beberapa saran
yang dapat dilakukan dalam konseling yang informal;
-
Mendengar
dengan penuh perhatian
-
Menggunakan
pertanyaan-pertanyaan tambahan untuk memperjelas fokus persoalannya.
-
Mendorong
konsele untuk menyimpulkan persoalan dan coba membicarakan apa yang sudah
diusahakan pada masa-masa yang lalu.
-
Memberi
informasi yang dapat membantu
-
Menolong
konsele mengambil keputusan tentang apa yang akan ia lakukan.
-
Memberi
kepada konsele dorongan dan harapan.
-
Berjanjilah
pada diri sendiri, bahwa saya akan membantu dalam doa, dan benar-benar jangan
lupa mendoakannya.
-
Bila
memang diperlukan, saya dapat mengusulkan pertemuan selanjutnya untuk diskusi
yang lebih formal mengenai persoalan itu.
7).
PREVENTIVE-KONSELING
Yang menjadi pusat perhatian adalah problema yang akan
timbul dan bagaimana mengatasinya sedini mungkin sebelum problema menajdi
bertambah berat atau berlalur-larut. Cara yang baik untuk memberikan bimbingan
preventif adalah mimbar maupun ceramah-ceramah. Adalah lebih baik jika kita mau
mencoba tipe-tipe konseling yang ada didalam Alkitab. Konselor dapat selalu
berdoa, seperti Daud percaya, bahwa Tuhan akan berkerja dalam kehidupan Saul.
Dan yang terpenting disamping usaha dan kemampuan manusia, doa adalah hal yang
terpenting dalam konseling, dan merupakan kunci keberhasilan yang mendasari
semua tipe-tipe konseling.
Pasal
6: Masalah “Stres” Dalam Konseling Kristen
Tekanan-tekanan hidup ini memang tidak selalu buruk.
Kadang-kadang baik karena mendorong kita untuk mengambil keputusan untuk
mengatasinya. Paulus mengerti, bahwa stress dalam kehidupannya sering kali
menyadarkan dia tentang berapa dalam imannya sebagai orang Kristen (2 Kor
12:10). Terlalu sering mengalami stress, terutama yang berat akibatnya juga
tidak baik. Efeknya dapat terlihat nyata dalam hubungan dengan:
1. Fisik:
Sering sekali stress menimbulkan kelemahan tubuh dan berbagai penyakit.
Serangan jantung, sakit maag, sakit kepala dan masih banyak penyakit yang
timbul karena stress. Hal ini disebabkan oleh keadaan tubuh yang menanggung
beban tambahan dan kemampuannya untuk melawan penyakit menjadi sangat
berkurang. Dan tentunya mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kesehatan
maupun kesembuhannya.
2. Mental:
pada waktu stress kita sering kali cenderung menjadi pelupa, kurang sabar,
tidak efisien, bertele-tele, mudah tersinggung, dan tidak dapat kerja lama
dengan orang lain. Kalau dalam gereja sering sekali kita menyaksikan betapa
ketegangan dan pertengkaran timbul sebagai akibat dari komunikasi orang-orang
yang mengalami stress.
3. Rohani:
kalau rasul Paulus, stress yang ia alami justru mendekatkan dia keapda Kristus.
Dalam keadaan stress, pusat perhatian kita sering kali pada masalah kita
sendiri, dan kita lupa datang kepada Tuhan baik dalam doa dan membaca serta
merenungkan Firman-Nya. Karena semakin kita stress, maka penghiburan yang dari
Tuhan tidak kita ras akan dan perasaan tertekan menjadi semakin berat. Baik
muda dan tua, masyarakat dengan tingkat sosial tinggi maupun rendah, dinegara
mana saja semua pasti pernah mengalaminya.
Memahami
Stress
a. Masyarakat
Tempat
kita tinggal sering kali menjadi penyebab stress, oleh karena disana kejahatan
sering terjadi, politik mungkin tidak stabil, masalah kurang sandang, pangan,
pengangguran, cuaca buruk, padatnya penduduk, kemiskinan, bising, dsb, semua
hal kecil ini bila tidak teratasi bisa menjadi sumber stress.
b. Peristiwa-peristiwa tertentu dalam
kehidupan.
Kematian
dari seorang yang kita kasihi sering kali menimbulkan stress yang berat. Begitu
pula dengan kehilangan pekerjaan, kecelakaan, perampokan, perpisahan, kelahiran
bayi yang cacat, sakit parah, pertengkaran dengan tetangga, dan sebagainya.
c. Dari diri kita sendiri
Ketakutan
, dalam hal ini missal takut gagal, takut bahaya, sakit penyakit, kematian,
penolakan dan sebagainya, ada juga yang takut akan masa depan, dan selalu
merasa tidak aman. Sering kita menyalahkan diri sendiri untuk apa yang kita ras
akan sebagai kegagalan. Ada juga yang mengalami stress karena mereka letih
secara jasmani, dan walaupun sering tidak diketahui oleh sanak keluarga, tetapi
keletihan dapat menjadi penyebab utama stress.
Sikap
utama dalam menghadapi stress adalah dengan cara tetap berfikir positif, dan
anggap semuanya itu mendatangkan kebaikan.
Menolong
Orang Mengatasi Stress
Rata-rata
kita mempunyai cara tersendiri dalam menghadapi stress. Tentunya rekasinya
bergantung pada kebudayaan, latar belakang keluarga, pengalaman masa lalu; dan
kepribadian kita masing-masing. Ada orang-orang yang mencoba melupakan stress,
menganggap seolah-olah tidak ada, dan melanjutkan hidup secara normal. Tetapi
banyak juga yang jujur mengakui tekanan hidup secara normal.
Pada umumnya ada enam cara untuk menolong
konsele mengatasi stress dalam hidup ini;
1. Rileks
menenangkan
pikiran dan mencoba bernafas dengan santai menikmati suasana dan angin atau
udara yang cerah.
2. Menolong konsele mengerti penyebab stress
dan cara-cara mengdapainya.
3. Cobalah kenali apa yang telah dilakukan
konsele pada waktu-waktu yang lalu untuk mengatasi stresnya.
4. Harus membawa konselor untuk menerima
kenyataan tentang kematian dan pengalaman-pengalaman pahit lainnya (2 Sam
12:15-24).
5. Konsele harus tetap berhubungan dengan
dunia luar. Karena jika menyendiri maka akan menambah memperburuk keadaan, dan
stress akan semakin terasa sulit untuk diatasi.
6. Mendoakan dan berdoa bersama konsele.
Arahkan
konsele keapda Tuhan yang penuh kasih, maha bijaksana, dan yang dapat mengerti
setiap kesulitan dan pencobaan yang kita alami. Sebagai konselor kita dapat
mengingatkan konsele beberapa bagian dari firman Tuhan yang menguatkan dan
memberikan penghiburan, dan harus diingat bahwa bukan konselor yang menentukan
hasil akhirnya, tetapi Tuhan yang bekerja melalui kehidupan dan pelayanan yang
membawa kesembuhan itu.
Menolong
Orang Mengatasi Krisis
Krisi
situ dapat digolongkan sebagai stress yang special, yang sering kali datang
mendadak, tanpa terduga, dan sangat berat. Biasanya menyangkut cuaca buruk,
kecelakaan, kematian orang yang kita kasihi, kehilangan harta benda, kegagalan,
kehilangan sahabat, kehilangan pekerjaan, adalah krisis yang dapat dialami
setiap orang.
Bagaimana sih orang-orang yang dapat ditolong
pada saat-saat krisis?
1. Hubungi mereka, memberikan penghiburan dan
kelegaan keapada mereka.
2. Usahakan untuk mengurangi kegelisahan.
Dimana kadang-kadang kata-kata penghiburan dukungan atau sikap yang tenang
dapat menolong seseorang pada waktu krisis. Pada saat hadir dalam tempat
krisis, mintalah pertolongan Tuhan untuk menunjukkan apa yang dapat anda
lakukan untuk mengurangi dan menenangkan persoalan yang ada.
3. Menolong mereka memfokuskan diri pada hal
yang paling penting. Karena pada saat-saat krisis, orang mudah menjadi bingung
dan merasa kuatir berlebihan. Hal itu terjadi karena mereka tidak tahu apa yang
akan dilakukan. Disitulah konselor menolong konsele untuk melihat hal yang
paling penting. Missal kematian salah seorang yang dikasihi (anggota keluarga).
Yaitu dengan cara memberitahukan kepada sanak kelaurga dan mulai merencanakan
penguburan.
4. Menolong konsele untuk mengevaluasi
persediaan yang ada. Mengenai cara untuk menolongnya.
5. Kemudian merencanakan apa yang dapat
dilakukan di kemudian hari.
6. Memberikan pengharapan dan membangkitkan
semangat hidup. Tetapi Paulus berdiri ditengah mereka dan mengatakan supaya
mereka tetap tabah, karena malaikat Allah sudah putus asa dan merasa, bahwa
kapal setiap saat dapat tenggelam. Tapi rasul Paulus tetap selalu memberikan
pengharapan dan kekuatan kepada penumpang kapal bahwa mereka akan selamat.
Paling tidak anda mendorong orang untuk lebih optimis, dan menyadarkan mereka,
bahwa Allah itu penuh kasih dan Maha Kuasa, apapun yang menimpa kita ada dalam
pengetahuan-Nya.
7. Mengubah suasana. Konseling untuk orang
yang berada dalam masa-masa krisis memerlukan waktu yang kadang-kadang sulit
untuk diperoleh.
Cara
mengatasi stress adalah:
1. Menjaga kesehatan. Olahraga secara
teratur, diet yang seimbang, dan istirahat yang cukup.
2. janganlah mencoba mengatasi stress dengan
cara-cara yang berbahaya.
3. Cobalah mencari sebab-sebab dari stress
yang anda alami.
4. Cobalah memikirkan bagaimana sikap dan
cara hidup anda? Apakah anda selalu bersikap optimis? Jangan membiarkan pikiran
anda dipenuhi dengan hal-hal yang negative, tetapi sebaliknyapikirkanlah hal-hal
yang baik dan patut dipuji (Flp 4:8).
5. Periksalah pendirian anda. Apakah anda
sudah membuktikan diri anda memang tidak mampu, kurang pendidikan, tidak bisa
mengatasi stress? Bagaimana Anda dapat mengubah sikap ini? Apakah orang lain
dapat menolong anda?
6. Carilah seseorang yang dapat menolong.
Missal teman, konselor, keluarga, pembimbing.
7. ulurkan tangan unutk membantu orang lain.
Bisa dengan membantu menghibur, saling membangun.
8. Ingatlah pertolongan Tuhan. Minta kepada
Tuhan agar memberi anda kesabaran, kekuatan dan kebijaksanaan.
Pasal
7: Orang Percaya dan Konseling Kristen
Mengapa para hamba Tuhan mempunyai problema?
1. Isolasi dari Masyarakat.
2. Tuntutan yang berlebihan.
3. Masalah keuangan.
4. Masalah administrasi.
5. Tekanan mental.
Menghadapi
tekanan-tekanan kehidupan hamba-hamba Tuhan.
1.
Analisis
diri sendiri siapakah anda, apakah anda menyadari bahwa banyak orang sering
kali bina diri? Jika kita menghadapi masalah, sangatlah penting untuk diingat,
bahwa Tuhan tahu apa yang sedang dihadapi. Sekarang ini, Tuhan telah menerima
kita sebagaimana kita ada. Oleh karena Kristus sudah membayar semua dosa-dosa
kita, kita mendapat pengampunan, tanpa harus menghukum diri kita sendiri atau
berbuat kebaikan untuk mendapat anugrah tersebut. Yang Tuhan inginkan dari
setiap anak-Nya adalah penyerahan hidup sepenuhnya kepada Tuhan. Mengingat
talenta-talenta yang sudah diberikan Tuhan, mengembangkan dan mengerjakannya
dengan sungguh-sungguh adalah hal yang indah sekali; sangat disayangkan bahwa diantara
kita sering sekali terus menerus melihat kekurangan-kekurangan dan kesalahan
yang telah dilakukan. Ingatlah sebagaimanapun keadaan anda Tuhan selalu
bersedia menerima anda dengan tangan terbuka.
2.
Jagalah
kesehatan Anda. Belajar dari kisah Daniel menjaga dan memperhatikan kesehatan
tubuhnya.
3.
Tetaplah
mempunyai hubungan baik dengan banyak orang.
4.
Tetaplah
berhubungan dengan Tuhan. Berdoa, membaca firmnan Tuhan.
Pasal
8: Gereja dan Konseling Kristen
Tuhan Yesus memberikan contoh, diri-Nya sendiri yang
melayani tanpa pamrih (Mat 10:24-25). Dan juga memberi mereka semangat, “jangan
takut” (Mat 10:31, 32,38,39). Sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Alkitab;
a. Mempunyai perhatian yang mandala, seperti
mengasihi diri sendiri, menghibur, menunjukan simpati.
b. Mencoba untuk mengerti, perlu
mempertimbangkan apa yang dilihat dan dipikirkan oleh orang-orang lain sebelum
menawarkan pertolongan yang khusus padanya.
c. Menghargai dirinya, keinginan untuk ikut memikul
beban dan menunjukkan jalan untuk bertumbuh bagi orang tersebut.
d. Berani dan rela memikul resiko.
e. Rela menerima pertolongan orang lain.
Ciri utama dari sikap memperdulikan sesama;
a)
Kasih
Sesuatu yang praktis, penuh belas kasihan. Kasih adalah modal utama dalam
setiap pelayanan kita, dan kasih murni timbul bila kita sudah di perbaharui
oleh kasih kristus dan membiarkan seluruh hidup kita di kotrol oleh Roh Kudus.
b)
Mencoba
untuk mengerti, Perlu mngerti apa yang sedang dibutuhkan.
c)
Menghargai
dirinya
d)
Berani
dan rela memikul resiko
e)
Rela
menerima pertolongan orang lain.
Ciri utama dari sikap memperdulikan sesama?
v Kasih, Sesuatu yang praktis, penuh belas
kasihan. Kasih juga begitu dinamis saat ditempatkan pada konteks “memperdulikan
sesama” sebab kasih yang seperti ini lahir dari Bapa dan seharusnya menjadi
sifat utama pengikut Kristus (1 Yoh 4:7,11).
v Kesabaran, datangnya dari Allah, dan termasuk
dalam buah-buah Roh. Dimana perlu kesabaran jika konsele belum juga mengalami
kesembuhan.
v Keterbukaan, saling mengutarakan perasaannya,
selalu gembira dan bebas dari persoalan.
v Pengharapan, memberikan mereka pengharapan.
v Fleksibilitas.
v Kerendahan hati, memperdulikan sesama.
Arti dari Gereja yang saling memperdulikan;
ü Terdiri dari jemaat yang percaya Tuhan Yesus
sebagai Juruselamat dan mau hidup sesuai dengan kebenaran firman-Nya.
ü Pemimpin-pemimpin gereja termasuk pendetanya,
memiliki kerinduan untuk benar-benar tumbuh dan dengan tulus memperhatikan
orang lain.
ü Suasana kebaktian di gereja yang saling memperdulikan
yang berpusat pada Kristus dan pembinaan persaudaraan.
ü Gereja yang saling memperdulikan yang
berpusat kepada Kristus.
ü Gereja yang saling memperdulikan juga
memberikan kesempatan bagi jemaat, untuk saling menanggung beban dan saling
membantu.
ü Kelompok doa, pemahaman Alkitab, dan
pelayanan keluar.
ü Para pengajar yang memperhatikan kebutuhan
murid-muridnya.
ü Mempunyai beban misi, tidak hanya kepada
masyarakat tetapi ke dunia lain juga.
ü Memberikan kesempatan kepada jemaat untuk
memberikan persembahan maupun pelayanan mereka dalam berbagai bidang.
ü Jabatan kepemimpinan diberikan kepada mereka
yang mendemonstrasikan sikap dan perbuatannya.
Pasal
9: Pernikahan dan Konseling Kristen
Seringkali
konseling pernikahan terasa begitu sulit, karena setiap pasangan, setiap
masyarakat, dan setiap tingkat sosial mempunyai pandangan dan adat yang berbeda
satu dengan yang lain dalam persoalan-persoalan pernikahan.
Tujuan dari Konseling Pernikahan adalah;
1). Keputusan untuk siap menikah
a)
Alasan
untuk menikah. Dimana dalam hal ini tidak boleh ada paksaan. Missal menikah
dengan seseorang karena terpaksa atau perasaan bersalah, tidak akan memberi
jaminan untuk kestabilan pernikahan, demikian juga hubungan seksual dan
kehamilan tidak boleh menjadi alasan untuk menikah.
b)
Latar
belakang yang hampir sama. Pernikahan dikatakan berhasil atau sukses jika
memiliki cita-cita dan standar (nilai) yang hampir sama, latar belakang dan
tingkat kehidupan sosial-ekonomi, adat istiadat, pendidikan, dan iman yang
sama.
c)
Usia.
Perbedaan umur sangat penting, bila suami jauh lebih tua atau lebih muda dari
istrinya, banyak sekali perbedaan dalam cita-cita dan kebutuhan fisik,
kesulitan mencari teman, dan kecenderungan untuk suami-istri yang lebih tua
untuk bertindak sebagai orang-tua terhadap istri/suaminya.
d)
Sikap
terhadap pernikahan. Perbedaan-perbedaan yang serius dalam pernikahan harus
dibereskan sebelum pernikahan. Maka dari itu perlu bantuan dari konselor.
e)
Pengaruh
dari luar. Banyak pasangan yang tetap memutuskan untuk menikah, walaupun sudah
menimbang kesulitan-kesulitan, tapi ada juga yang suka menunggu.
f)
Kematangan
spiritual.
2). Tahu
dan siap menghadapi tekanan-tekanan dalam kehidupan pernikahan
Biasanya
tidak selalu kepada pasangan yang satu dengan yang lain, bergantung kepada
keunikan pasangan itu dan masyarakat dimana mereka hidup. Dan biasanya pada
saat melakukan/merencanakan bulan madu salah satu pasangan ada yang merasa
canggung saat melakukan sebuah hubungan, dan bisa menyebabkan frustasi. Makanya
konselor harus tetap teguh memegang Firman Tuhan, dimana pasangan yang akan
menikah harus tetap menjaga kekudusan. Dan konselor juga tidak boleh
melebih-lebihkan fakta, seolah-olah sudah menjadi persoalan sebelum menikah.
3). Bimbingan
untuk mengenal diri sendiri
Sangat
penting pada masa-masa pertunangan untuk melakukan usaha pengenalan diri
sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri dapat menolong pasangan yang akan
menikah untuk berkomunikasi dengan lebih efektif, bahkan dapat menolong
suami/istri bila masalah akan muncul di kemudian hari.
4). Pertimbangkan
pandangan Alkitab mengenai pernikahan (Kej 2:18,24).
Harus diperhatikan, bahwa hubungan suami-isteri
diibaratkan seperti hubungan Kristus dengan gereja-Nya.
5). Merencanakan
Pernikahan
Konselor
Kristen dapat membantu mempelai untuk mengerti apa artinya upacara pernikahan. Dan
sangat menolong jika konseling pranikah harus dilaksanakan jauh-jauh hari
sebelum menikah.
Beberapa
Masalah/problema khsuus dalam premarital konseling
1. Menikah
tanpa disetujui orang tua
-
Apakah
pasangan ini menikah karena berontak terhadap orang tua?
-
Apakah
penyebab persoalan ini adalah karena orang tua tidak ingin anaknya meninggalkan
mereka?
-
Atau
orang tua menyesal atas pilihan anaknya dan menginginkan menantu yang lebih
sesuai dengan keinginan mereka.
-
Atau
perbedaan agama?
2. Kehamilan
Kalau
hubungan seksual sebelum menikah dan menyebabkan hamil, maka akan menimbulkan
tekanan-tekanan batiniah pada keluarga kedua pihak. Sebaiknya konselor
menganjurkan pasangan untuk memberitahukan orang tua masing-masing dan bertemu
dengan dokter. Perasaan malu, bersalah, dan kekecewaan harus dihadapi dan kedua
belah pihak bersama dengan orang tua masing-masing harus memutuskan tindakan
apakah yang akan diambil kemudian. Banyak orang yang mengambil jalan pintas
yang paling mudah, yaitu menggugurkan kandungan. Walaupun di beberapa tidak
boleh, tapi buktinya pengguguran kandungan (aborsi) masih terjadi dengan bebas.
Konselor tidak boleh menyembunyikan kebenaran mengenai abortus ini, tetapi juga
tidak boleh mengadili ataupun menahankan pengambunan bila pengguguran sudah
dilakukan. Lebih baik konselor menganjurkan tindakan adopsi, atau memelihara
anak itu sendiri atau menikah.
Alternative
kedua biasanya cepat-cepat menikah, bila diketahui sudah hamil. Pernikahan
secepat ini bukanlah suatu jalan keluar yang terbaik. Karena sering sekali
pernikahan yang terpaksa berakhir dengan kepahitan atau ketidaksetiaan.
3. Perkawinan
campuran
Biasanya
dihubungkan dengan pernikahan antara dua orang yang berbeda bangsa, tapi
sebetulnya istilah ini memiliki arti luas yaitu bila pasangan ini memiliki
agama yang berbeda, latar belakang sosial ekonomi, pendidikan, umur, dll. Kalau
pasangan kita sama-sama saudara seiman dalam Kristus, tidak ada larangan yang
khusus untuk menikah dengan orang yang berbeda warna kulit, tingkat sosial,
dll.
4. Sakit
jiwa
Kadang-kadang
pernikahan menjadi obat bagi jiwa, tapi pernikahan tidak akan bisa stabil jika
salah seorang terganggu jiwanya, dan biasanya prospeknya kurang baik dalam
keharmonisan rumah tangga.
5. Keragu-raguan
Pernikahan
Kristen adalah untuk seumur hidup, oleh karena itu banyak pasangan yang merasa
ragu-ragu apakah pasangan hidupnya memang cocok bagi dia dan dapat mendampinginya
selama-lamanya.
6. Cacat
jasmani
Kuncinya adalah pasangan harus sadar akan sikap mereka
terhadap cacat itu sendiri. Memang ada ketulusan untuk menerima dan mau
mengerti cacat yang dialami pasangan, kemungkinan besar mereka dapat mencapat
sukses dalam pernikahan.
Pasal
10: Keluarga dan Konseling Kristen
Konseling
keluarga dapat dilakukan waktu Anda mengunjungi mereka secara rutin, atau bila
ingin lebih formal, mereka dapat datang menemui Anda di Gereja atau tempat
lain.
Konseling
Pernikahanà
Suami-istri adalah dua orang dewasa yang sudah mengambil keputusan untuk hidup
bersama, bahkan meleburkan diri dalam satu kesatuan yang intim yang disebut
Alkitab sebagai hal mulia (Ams 18:22; Ibr 13:4).
Kebutuhan
akan konseling pernikahanà biasanya ada sebab keretakan perkawinan dan problema
dalam keluarga yang biasanya disebabkan oleh:
1. Komunikasi
yang keliru
Biasanya
di ekspresikan dalam bentuk pertengkaran, perang dingin tanpa bicara, dan
ketidak mampuan untuk mengutarakan secara jujur tentang perasaan dan pikiran
mengenai hal-hal penting. Untuk memperbaiki komunikasi, pasangan harus belajar
dengan baik.
2. Ketidakdewasaan
Salah
seorang pasangan masih membawa sifat kekanak-kanakannya, mudah tersinggung.
Harusnya pasangan yang dewasa bisa membuat rencana bersama-sama, meluangkan
waktu untuk menjalin hubungan yang intim, dan membuat rencana yang realistis
untuk masa depan dan sebagainya yang dapat mendukung kestabilan hubungan
mereka.
3. Kegagalan untuk memikirkan pernikahan
dengan sungguh-sungguh
4. Kebutuhan
yang tidak sehat
5.
Menolak perbaikan.
Maka
dari itu tujuan dari konseling pernikahan adalah
ü Membuka jalur komunikasi antara suami-istri
dan mendorong mereka untuk dapat mengutarakan perasaan masing-masing.
ü Mendorong suami-istri untuk belajar mengerti
sikap, tujuan, kebutuhan, dan keinginan masing-masing.
ü Menolong suami-isteri untuk menerima, saling
mempercayai dan mencegah sikap menggurui atau mau mengubah partner.
ü Membicarakan tujuan pernikahan menurut
pribadi masing-masing.
ü Menolong suami-istri menerima dan
menyesuaikan diri.
ü Mendorong suami-istri untuk dapat
mengekspresikan kasih walaupun sering kali perasaan kasih sedang melemah atau
tidak ada.
ü Menolong suami istri untuk tidak saling
menuntut.
ü Menolong suami-istri mengerti apa yang
diajarkan Alkitab tentang kasih, pernikahan, dan seks.
Tekniknya;
1. Konseling
untuk mereka yang baru menikah.
2. Interview
à biasanya dengan memberikan beberapa pertanyaan
dan dijawab oleh pasangannya, seperti tanya jawab.
3. Hal
yang lain à
missal seperti persoalan rohani, penyelidikan.
Pasal
11: Pokor-pokok persoalan Dalam Konseling Kristen Bagian 1
1.
Depresi
Gejalanya
adalah konsele mempersalahkan diri sendiri, tidak mampu berkonsentrasi, lesu,
kurang tenaga, dan sering diliputi rasa bersalah dan mudah tersinggung.
Sebab Depresi adalah;
ü Keadaan Tubuh yang kurang sehat atau kurang
stabil.
ü Tekanan-tekanan kehidupan
ü Putus asa.
2.
Kemarahan
adalah
gejolak emosi yang kuat, yang timbul pada saat kita merasa terancam, frustasi,
atau diperlakukan tidak adil oleh orang lain.
Biasanya kemarahan yang disimpan didalam
hati, sangat berbahaya; karena pada waktu marah tekanan darah dalam tubuh
menjadi naik, jantung berdebar lebih cepat, hormone adrenalin menjadi lebih
banyak beredar dalam pembuluh darah, otot-otot menjadi tegang dan pencernaan
tidak bekerja dengan baik. Akibatnya mengalami gangguan pencernaan, sakit otot,
dsb.
Cara
konseling bagi orang-orang yang marahà menolong konsele untuk dapat memikirkan kemaharannya
secara rasional. Menanyakan apakah kemarahannya memiliki alasan?
Apakah ada jalan keluar untuk menyelesaikan
masalah ini.
3.
Kegelisahan
Gelisah
adalah perasaan tidak enak yang barangkali merupakan perwujudan lain dari rasa
takut, ngeri dan tidak aman. Kuatir juga gejala emosi yang sangat mirip dengan
kegelisahan, seringkali kita juga menggunakan dalam arti yang sama. Yang utama
adalah bagaimana melakukan pembimbingan sesuai dalam Filipi 4:6-7.
Untuk
dapat mengatasinya adalah, harus diisi dengan doa untuk meminta ketenangan dan
mempercayakan diri kepada Tuhan.
4.
Kesepian
Kesepian adalah perasaan yang menyakitkan yang bersangkut
paut dengan frustasi, putus asa, dan kehilangan kontak dengan orang-orang lain.
Beberapa penyebab kesepian;
Kesepian disebabkan oleh perceraian dengan
orang-orang yang kita kasihi misalnya oleh kematian. Kadang-kadang kesepian
disebabkan oleh perasaan ditolak, diabaikan, dan tidak dibutuhkan. Itu sering
terjadi karena sikap kita sendiri yang tidak kooperatif dengan sesama, dimana
cara kita seringkali didasari oleh kenyamanan.
Masyarakat
Moderen yang terus berubah seringkali membuat kita merasa kesepian. Lalu juga
kesepian dialami oleh orang-orang yang tinggi, karena sulit bagi mereka untuk
menemukan yang sederhana.
Pasal
12: Pokok-pokok Persoalan dalam pelayanan Konseling Kristen Bagian 2
Konseling kepada orang-orang yang terganggu jiwanya.
1). Pengenalan terhadap gejala-gejala
gangguan kejiwaan
2). Menolong Konsele mendapat pengobatan yang
semestinya.
3). Menyediakan pertolongan selama konsele
berada di rumah sakit.
4). Menjadi penolong dimasa-masa kesembuhan.
Biasanya
seluruh keluarga mengalami krisis pada saat ada anggota keluarga yang mengalami
sakit jiwa. Seringkali kegelisahan, kebingungan, beban pengobatan dan
sebagainya biasanya menjadi sumber tekanan hidup bagi seluruh keluarganya. Yak
2:14-16, pada saat perawatan di rumah sakit, disitulah keluagra membutuhkan
pelayanan dukungan doa. Biasanya dalam konseling Kristen selalu muncul
pertanyaan masalah-masalah dalam konseling ini diantaranya;
1)
Apakah
Anda seorang Percaya?
2)
Apakah
anda adalah seorang berdosa (1 Yoh 1:9)?
3)
Apakah
tubuh anda sering terganggu kesehatannya?
4)
Apakah
kebutuhan rohani anda tidak terpenuhi?
5)
Apakah
Anda kekenyangan Rohani?
6)
Apakah
Anda cenderung legalistik dan hanya melihat kesalahan-kesalahan orang lain?
7)
Apakah
Anda dapat melihat persoalan secara jelas?
8)
Apakah
kehidupan anda tidak seimbang?
9)
Apakah
anda dikuasai Roh kudus?
10) Apakah Anda terlalu percaya pada diri sendiri
(Ibr 10:25)?
Masalah-masalah ini seringkali ditanyakan
oleh seorang konsele; biasanya masalah disekitar penyakit ada 3 masa (tahap);
1. Masa Transisi
Masa
peralihan dari sehat menjadi sakit, dapat terjadi secara mendadak (seperti
jantung) maupun berangsur-angsur (seperti kanker). Penderita harus menghadapi
realita tersebut.
2. Masa Pengobatan
Masa
dimana penderita menyerahkan diri pada pengobatan dokter dan ini biasanya juga
merupakan periode yang sulit. Sering muncul perasaan kuatir dan takut
akibat-akibat yang belum dapat diduga.
3. Masa Kesembuhan
Periode
dimana penderita dan segenap keluarganya berangsur-angsur kembali ke kehidupan
normal lagi. Anehnya ini merupakan proses yang lancar tapi juga terkadang
merupakan sebuah kesulitan tersendiri.
Konseling untuk anak yang sakit
Konseling ini sangat unik, dan berbeda dengan
orang dewasa. Dimana disini perasan seorang anak dalam menghadapi sakit sangat
berbeda dengan orang dewasa. Anak-anak tidak terlalu memperdulikan besaran
biaya yang harus dia bayar atau jenis penyakit yang sedang dia derita, atau
bahkan dia dengan “polos” nya saja meminum obat-obat pahit dari dokter yang
merawatnya. Tentunya dalam setiap anak memiliki sebuah perasaan takut ketika
akan masuk ke rumah sakit, atau bahkan ia di tinggalkan dirumah sakit seorang
diri. Mungkin ada perasaan seperti dia sedang dihukum atas kenakalannya atau
punya perasaan penolakan dari orang tua. Seorang hamba Tuhan harus melakukan
konseling pelayanan ini tujuannya untuk memberikan perasaan aman, ketentraman,
like a friends, dan memberikan sukacita tambahan.
Nah
berbeda lagi dengan masalah-masalah pelayanan pada orang-orang yang menghadapi
kematian;
1. Fase penyangkalan dan pengasingan diri
sendiri
2. Fase kemarahan
3. Fase tawar-menawar
4. Fase depresi
5. Fase rela menerima
konseling
dalam kasus ini harus disertai ketulusan dan kerelaan yang sesungguhnya Konselor
harus secara fleksibel dapat membicarakan tentang ketakutan dan frustasi yang
sedang dihadapi mereka, memberikan penghiburan yang didasarkan kepada Firman
Tuhan, peka dan dapat mendengar apa yang menjadi pergumulan batin tiap
individu.
Pasal
13: Pokok-pokok Persoalan Dalam Pelayanan Konseling Kristen Bagian 3
Konseling-konseling yang dilakukan pada
orang-orang yang sedang mengalami dukacita adalah
1. Mereka dapat memberikan penghiburan
berdasarkan Firman Tuhan.
2. Memberikan penghiburan pada saat
pemakaman.
3. Bimbingan selama masa berdukacita dan
proses penyesuain diri kembali. (biasanya seperti ibadah penghiburan, dan
penguatan).
Begitu juga dengan dukacita yang dialami oleh
anak-anak, sangat berbeda dengan orang dewasa, dari segi pemakaian kata karena
anak-anak belum mengerti tentang arti kematian. Situasi akan sangat berbeda
jikalau seseorang mengalami cacat tubuh, misalnya karena kecelakaan. Sering
kali mereka yang mengalami cacat tubuh juga melewati beberapa fase diantaranya;
a)
Shock
pada saat pertama kali cacat tersebut disadari.
b)
Menyembunyikan
diri di balik mekanisme-mekanisme pertahanannya.
c)
Menerima
realita tersebut dimana seseorang mulai berani memikirkan tentang akibat-akibat
yang sesungguhnya dari cacat yang dialaminya.
d)
Menyesuaikan
diri dengan keadaannya yang cacat.
Biasanya juga menimbulkan reaksi-reaksi emosi
biasa disebut “three DA Clusters”
yaitu;
a.
Depresi,
kemarahan dan rasa kecewa yang mendalam disertai dengan kedengkian dan
permusuhan, akibat cacat yang dialaminya.
b.
Penyangkalan
dan penerimaan, atau suatu keadan emosi yang mencerminkan suatu pergumulan yang
diakhiri dengan penyerahan.
c.
Meminta
dan menolak belas kasihan dari sesama.
Masalah-masalah sekitar “Kecanduan minuman
Keras”
1. Perasaan tertekan
Awalnya
sih minuman Alkohol memang menolong peminum melupakan persoalan-persoalan
hidupnya, memberikan perasaan tenang dan nyaman. Ketahuilah itu hannya
sementara, kalau alkohol tidak diminum, sama saja perasaannya tidak akan
karuan, dan akhirnya membuat kecanduan. Seakan-akan kalau ga ada alkohol
perasaan tidak akan pernah bisa tenang.
2. Kebudayaan dan Latar Belakang kehidupan
Keluarga
dan masyarakat dimana seseorang dibesarkan dapat mempengaruhi sikap orang
tersebut dalam pemakaian minuman keras.
3. Kepribadian seseorang
Pecandu
minuman keras biasanya, adalah orang-orang yang selalu gelisah, dengan emosi
yang tidak matang dan tak dapat menghadapi frustasi. Biasanya mereka sulit
menerima otoritas orang lain.
4.
Bakat Jasmani
biasanya
untuk mencapai rasa puas, seringkali peminum menambah jumlah dosis dalam
minuman Alkohol nya, dan akhirnya peminum menjadi kecanduan secara jasmani
maupun kimiawi, sehingga sulit sekali untuk dapat diubah kembali.
5. Keadaan rohani.
Keadaan
rohani sesorang peminum alkohol akan sering mudah terpengaruh dan jatuh. Mabuk,
pesta pora, sehingga akhirnya rohani mereka kalah dengan keinginan jasmani
mereka.
6. Keadaan keluarga
kondisi
keluarga yang terjerat dengan minuman keras biasanya selalu menimbulkan masalah
dan memiliki dampak bagi anggota keluarga yang lain.
Cara untuk mengkonseling mereka adalah;
a.
Membuat
pecandu menghentikan kebiasaannya sama sekali.
b.
Memperbaiki
kerusakan-kerusakan tubuhnya akibat dari kecanduannya.
c.
Menolongnya
menemukan cara bagaimana dapat mengatasi tekanan dalam hidupnya.
d.
Menolongnya
menggunakan pengganti alkohol yang tidak menimbulkan efek-efek sampingan.
e.
Menolong
membangun kembali harga diri dan mengatasi rasa bersalahnya.
Lalu seorang konselor juga akan mengalami
masalah-masalah diseputar “kerasukan setan”
Walaupun
manusia memiliki roh kudus dalam hidupnya, tapi tidak dapat disangkal bahwa
roh-roh jahat masih selalu berkeliling unutk mencobai manusia seolah-olah
menyerupai malaikat terang. Manusia tidak bergumul dengan “daging dan darah,
melainkan dengan penguasa-penguasa, penghulu-penghulu kegelapan dan roh-roh
jahat di udara” (Ef 6:12).
C.S. Lewis pernah berkata “kita dapat
melakukan dua kesalahan, yakni kita dapat tidak mempercayai keberadaan maupun
pengaruhnya, atau kita percaya dan mengembangkan sikap yang berlebih-lebihan
terhadapnya”. Cobalah baca 1 Yohanes 2:3-6, 22-23, atau 3:7-10 dan tanyakan
pada diri kita sendiri bagaimana ayat-ayat ini dapat dihubungkan dengan diri
konsele.
Pasal
14: Masa Depan Pelayanan Konseling
Arah
dari Pelayanan konseling Kristen
1. Tekanan dalam pelayanan konseling akan
lebih banyak pada teori dan teknik.
2. Tekanan akan lebih besar dalam latihan
praktis konseling.
3. Banyak kaum awam yang terlibat dalam
pelayanan konseling.
4. Akan lebih banyak pendidikan yang menekankan
pencegahan persoalan.
5. Lebih banyak perhatian pada
masalah-masalah sosial dalam masyarakat.
6. Akan lebih banyak lagi buku-buku sumber
konseling yang tersedia.
7. Pemakaian sumbangan teknologi semakin
banyak (melalui TV, Komputer, video, kaset).
8. Keterlibatan internasional dalam dunia
pelayanan konseling.
Tentunya dalam pelayanan konseling, konselor
juga bisa mengalami Kejenuhan dalam pelayanan konseling Kristen. Dan seorang
konselor Kirsten membutuhkan dukungan dalam arti;
a. Kita membutuhkan kekuatan Rohani. Seperti api
yang padam pada saat kehabisan minyak atau oksigen, demikian juga kita sering
kali melemah dalam perjuangan melawan kuasa kegelapan: Efesus 6 sekali lagi
menjadi bagian yang sangat penting, unuk memberikan kekuatan rohani.
b. Kita
Perlu menyadari keterbatasan kita.
Seorang konselor harus menyadari setiap keterbatasnya, ingat bahwa Tuhan Yesus
lah yang menjadi sumbernya. Jasmani kita lemah dan emosi pun demikian.
c. Kita
membutuhkan dukungan dari saudara-saudara seiman. Maksudnya adalah tidak ada pelayanan Kristen
yang dapat dilakukan sendiri. Kekristenan, adalah kehidupan yang dibangun
beralas kepada Tuhan Yesus Kristus, dan bercirikhaskan ikatan kasih antara
saudara-saudara seiman. Kita semua butuh teman satu atau dua orang teman berdoa,
teman yang terbuka dan jujur mengakui kesalahan, yang dapat memberikan
kebebasan dari perasaan yang tertekan.
d. Kita membutuhkan waktu untuk diri kita
sendiri. Maksudnya waktu untuk berdoa, berkomunikasi dengan Tuhan, meminta
hikmat dari Tuhan dan kekuatan.
e. Kita perlu membagi tugas dan tanggung jawab.
Tidak
semua orang Kristen adalah konselor, tetapi setiap orang Kristen telah
dipanggil
Untuk
dapat memikul beban sesama (Gal 6:2).
Respon
saya setelah membaca;
Buku
ini sangat memberkati saya secara pribadi, dimana pikiran saya mendapat sebuah
pembaharuan mengenai masalah-masalah, cara-cara dalam konseling Kristen. Dan
banyak sekali pelajaran yang saya dapat, bahwa dengan menjadi konselor kita
juga ternyata butuh seorang rekan (teman) untuk sama-sama saling berdoa, saling
support pelayanan, teman sharing. Kita juga sebagai konselor dalam hal
menghadapi permasalahan konsele harus memiliki kesabaran, dan etika yang baik.
Karena keinginan konsele itu sebenarnya ketika dia punya masalah, pengennya
cepet selesai. Tapi kembali lagi kepada Tuhan yang mempunyai keputusan.
Dalam
topik yang membahas mengenai konseling dalam mengahadapi kematian. Sering kali
saya sendiri juga ga tau juga mau bicara apa lagi dalam menghadapi orang yang
mau meninggal isitlahnya Speech Less, ga
tau lagi mau ngomong apa karena yaa kita bisa lihat sendiri kondisi mereka yang
sedang Kritis, memang dalam hati timbul harapan dia akan sembuh tapi kembali
lagi kepada keputusan Tuhan. Seperti Kisah nabi Hizkia, yang memang melaui
perantaraan Nabi Yesaya, dia (Hizkia) akan dipanggil Tuhan. Tapi apa yang
dilakukan Hizkia? Dia bernegosiasi kepada Yahweh (TUHAN) agar diberikan
kesempatan dalam arti diberikan perpanjangan umur (Yesaya 38). Tentunya Tuhan
mengabulkan doanya, dan umur Hizkia diberikan perpanjangan Lima Belas Tahun
(15tahun) dalam Yesaya 38:5, karena Tuhan masih memiliki rencana yang indah
bagi Hizkia, dan sesuatu yang harus Hizkia kerjakan bagi bangsa Israel. Dan
Gary R. Collins dalam hal ini sangat begitu menjealskan dengan cara yang
sederhana dan gaya Bahasa da kepenulisannya tidak terlalu sulit untuk dipahami.
TUHAN YESUS MEMBERKATI